Laki-laki, Perempuan dan Jalan yang lurus
Seorang laki-laki dengan pundak yang luas berjalan di jalan itu
Langkah kakinya terdengar resah di malam yang lengang tanpa angin dan suara jangkrik
Lalu, ia berhenti gontai melayang-layang sendu
Ia katakan padaku aku ingin berbelok padamu sebentar
Sebentar saja, nanti akan kulanjutkan perjalananku setelah padamu kuselesaikan
Aku menatapnya lugu didalam tanya-tanya yang ambigu
Ada kata yang ingin kudengarkan dari vokal yang menemaniku dalam pada malam-malam mengarungi lautan
Mengucapkan kejahatan malam pada sepasang kekasih yang sedang berzinah kata
Malang melintang dalam romantika klasik
Pada cinta yang curi-curi pandang yang sedang diberi harapan palsu
Pada kegagalan yang kau lampiaskan pada kesepian seorang perempuan
Pada cinta yang kau rindukan di seberang pulau yang mungkin tidak sedang kesepian dan tidak merindukanmu
Berjalanlah terus, jangan hiraukan aku!
Lelakiku yang resah, kebodohanmu adalah memperhatikan sebuah pohon kenari yang dihinggapi banyak kunang-kunang yang sedang berkelip-kelip mempesona malam
Lalu matamu yang suram karena terlalu lama diiringi kesepian tertarik dan singgah
Setidaknya tanyakanlah kenapa warna bulan purnama terlihat merah darah dari langit utara ibukota
Setidaknya tanyakanlah kenapa aku mengajukan tiga apel untuk kau cerna
Setidaknya tanyakan kebencian apa yang tersimpan didalam hatiku yang terkecil
Setidaknya tanyakanlah berapa lama kau dapat singgah
Setidaknya tanyakanlah apakah ranting pohon yang kau singgahi cukup rapuh untuk kau patahkan
Setidaknya beritahu aku kapan kau akan pergi
Biar sempat kuiringi kau dengan cahaya kunang-kunang dijalanmu yang lurus
0 komentar: