93 Million Miles (part 3)
Meskipun padat kegiatan selama di kapal, tetapi
kewajiban utama sebagai seorang umat untuk selalu mengingat tuhannya wajib
untuk dilaksanakan. Itulah pesan terpenting yang kami dapatkan dari seluruh
Pembina kami selama mengikuti kegiatan LNRPB/KPN ini. Agama yang berbeda tidak
menjadi penghalang untuk menjalankan ibadah. Kepada yang beragama Islam selalu
dilaksanakan shalat 5 waktu di geladak heli dan kepada yang non muslim
melakukan ibadat di ruangan tertentu dan hal ini tidak menjadi pengganggu bagi
pelaksanaan ibadah agama lainnya, malah justru setiap peserta saling
mengingatkan waktu untuk beribadah.
Kesehatan
psikis diawali harus dengan diimbangi kesehatan fisik. Setiap pagi sebelum
matahari terbit para peserta LNRPB/KPN berkumpul di heli deck untuk melakukan
olahraga pagi. Setiap pagi olahraga dilakukan bersama-sama dengan kakak-kakak
panitia dan pendamping. Didalam pelaksanaan waktu olahraga juga diterapkan
pentingnya disiplin waktu sehingga kepada peserta yang datang tidak tepat waktu
akan mendapat hukuman menjadi instruktur olahraga.
Pentingnya
mengenal kebudayaan Nusantara menjadi modal pemuda Indonesia untuk saling
mengenal kebudayaan masing-masing peserta. Setiap malam semua peserta
perwakilan propinsi, instansi dan lembaga mengadakan pertunjukkan seni bersama
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Peserta
perwakilan Provinsi Kepulauan Riau menampilkan tarian kreasi melayu Zapin Muda
Mudi dan Tabal Gempita. Kami mendapatkan dua kali kesempatan untuk dapat
memperkenalkan kebudayaan dan tarian dari Provinsi Kepulauan Riau. Untuk
penampilan kebudayaan yang kedua begitu berkesan karena kami tampil di Taman
Nostalgia Kota Kupang yang merupakan tempat berdirinya Tugu Gong Perdamaian
Nusantara. Salah satu pelopor dibangunnya Gong Perdamaian Nusanatara di Kota
Kupang adalah ayah angkat saya, Bapak Daniel D Hurek.Singgah
di berbagai rute pelayaran, selain melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan program LNRPB/KPN para peserta juga diberikan waktu luang untuk mengenal
dan mengunjungi tempat-tempat wisata budaya dan pusat-pusat pariwisata yang
terkenal didaerah yang sedang dikunjungi. Ketika tiba di Pulau Bali, setelah
melakukan audiensi dengan Gubernur Bali, kami mengunjungi Museum Diorama
Perjuangan Rakyat Bali yang berlokasi tepat di depan Kantor Gubernur Bali.
Museum
ini berbentuk bangunan unik yang indah, mirip seperti candi tempat untuk
peribadatan umat Hindu. Didalamnya terdapat diorama-diorama yang menggambarkan
perjuangan rakyat Bali pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Patung-patung
yang memeragakan perlawanan rakyat Bali di masing-masing daerah dibuat serupa
mungkin dengan kejadian sebenarnya. Di menara paling atas terdapat sebuah ruang
teropong yang dapat digunakan untuk melihat pemandangan di seluruh Kota
Denpasar dari atas. Pada saat kami mengunjungi tempat ini banyak turis
mancanegara juga yang sedang berkunjung dan mereka bertanya tentang kegiatan
yang sedang kami lakukan. Suatu kehormatan dapat menjelaskan kepada mereka
bahwa tahun ini Indonesia menjadi pusat International
Event yang melibatkan pemudanya untuk mempromosikan daerah.
Ketika
di Kota Kupang, peserta LNRPB/KPN sempat mengunjungi museum Kota Kupang dan
melihat berbagai artefak bersejarah yang disimpan di museum sejak jaman
purbakala. Terdapat alat-alat memasak, alat menenun/menjahit, mata uang jaman
dahulu dan rangka seekor ikan paus yang pernah tertangkap oleh masyarakat.
Disana juga tersimpan berbagai senjata perang yang digunakan oleh rakyat Kupang
mulai dari yang tradisional hingga senjata api rakitan.
Meskipun
dua kali singgah di Kota Labuhan Bajo, tetapi kami tidak banyak mengunjungi
tempat-tempat wisata disana. Selain kegiatan yang padat, Labuhan Bajo adalah
pusat dari pariwisata sendiri. Ketika menginjakkan kaki ke kota, diluar kawasan
adalah area pariwisata yang penuh pusat perbelanjaan pernak-pernik khas untuk
souvenir dan jika ingin pergi ke objek wisata alam akan memakan waktu hampir
seharian untuk kesana.Bakti
social yang dilakukan oleh peserta dan panitia LNRPB/KPN selama kegiatan
berlangsung di dua tempat yaitu Kupang dan Labuhan Bajo. Di Kupang diadakan
ketika seluruh peserta melakukan homestay dengan membagikan alat kebersihan dan
alat-alat belajar mengajar kepada sekolah di sekitar tempat homestay di tiga
kelurahan yang dijadikan sebagai tempat homestay peserta. Kemudian ketika di
Labuhan Bajo juga diberikan sumbangan kepada anak-anak sekolah yang ada di
sekitar Kota Labuhan Bajo.
Acara
Sail Komodo 2013 merupakan event internasional yang melibatkan berbagai
kementerian dan lembaga serta banyak Negara-negara maju guna meningkatkan
potensi wisata, khususnya wisata bahari di daerah-daerah terpencil di
Indonesia. Nusa Tenggara Timur adalah salah satu destinasi wisata dunia dengan
Taman Nasional Komodo sebagai warisan The
New Seventh Wonder of The World yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun
2002.
Oleh karena itu, program LNRPB/KPN sebagai salah satu penunjang dan pendorong promosi wisata ini juga ikut terlibat dalam acara puncak dari serangkaian acara Sail Komodo 2013. Peserta LNRPB/KPN diikut sertakan dalam momentum ini. Dengan dibuka langsung oleh Bapak Presiden republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi swasta, acara berlangsung dengan sangat meriah. Dibuka dengan berbagai tarian khas Nusa Tenggara Timor dan sebuah tarian kreasi yang berjudul tarian ora. Ora dalam bahasa flores sendiri berarti komodo. Orang NTT percaya bahwa komodo merupakan saudara kembar manusia pada jaman dahulu yang telah dikutuk karena banyak berbuat kejahatan kepada saudaranya, manusia.
Oleh karena itu, program LNRPB/KPN sebagai salah satu penunjang dan pendorong promosi wisata ini juga ikut terlibat dalam acara puncak dari serangkaian acara Sail Komodo 2013. Peserta LNRPB/KPN diikut sertakan dalam momentum ini. Dengan dibuka langsung oleh Bapak Presiden republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi swasta, acara berlangsung dengan sangat meriah. Dibuka dengan berbagai tarian khas Nusa Tenggara Timor dan sebuah tarian kreasi yang berjudul tarian ora. Ora dalam bahasa flores sendiri berarti komodo. Orang NTT percaya bahwa komodo merupakan saudara kembar manusia pada jaman dahulu yang telah dikutuk karena banyak berbuat kejahatan kepada saudaranya, manusia.
0 komentar: