Monologue 12 (The Order of a Woman)

11:07 AM LovelyBunny001 0 Comments

"Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar kearah yang mengejutkan. Aku ingin ketempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!"

Jika laki-lakiku tak dapat kutemukan di debur ombak Dreamland atau puncak Bajra Sandhi dan blusukan pasar Sukowati. Jika ia tidak kutemukan diterik matahari yang membakar kulit dan ubun-ubun atau dinginnya angin laut jawa dan bulan purnama yang pekat sunyi. Jika bertahun metamorfosa tidak mengabrasi attitude seorang gadis lugu menjadi perempuan jalang pemakan birahi pria-pria biadab dalam kepulan asap tembakau.

Maka dari, mulai detik ini tidak ada asa berkasih dengan monyet atau remeh temeh perkelahian api cemburu dan rindu. Lebih baik masukkan peti dan gali kuburan yang dalam. Tunggu selang waktu ia membusuk dan dimakan belatung kesunyian. Dalampada tidak ada kebencian mengurat dari kegagalan cinta yang tak kunjung selesai akar ceritanya. 

Tunggu saja sambil duduk manis di beranda setiap sore, dengan meminum secangkir seduhan teh merah pekat dan sedikit pemanis rendah kalori. Dia akan datang, pulang dari pelayarannya. Dengan menggendong tas punggung yang berisi cerita-cerita pengembaraan, lelakiku. Sambil melangkahkan satu kakinya mendekat dan memekarkan senyum persahabatan dan ia akan mengecup keningku sambil berkata manis tentang rindu.

Dan aku tau, hari ini aku telah mengenakan gaun sore terbaikku. Peach dan kerudung merah muda susu yang sangat cocok memantulkan romantika langit senja. Lalu aku akan menyuguhkannya secangkir kopi panas yang manis alami dengan susu kental manis diselangi kue klepon kesukaannya. Dan aku siap, mendengarkan cerita-cerita itu. Untuk ikut tertawa dan mengakak, berkomentar tentang suatu peristiwa lalu memasang raut iba yang paling dalam sebisaku mengikuti simpati alur ceritanya. Akan kudengarkan, meskipun kami duduk disitu hingga subuh lagi dan matahari akan terbit menembus celah-celah kabut subuh. Lalu bila ia telah lelah bercerita, kuselimuti tubuhnya yang kekar dengan selimut hangat kesetiaanku. Besok paginya ia bangun dengan binar mata yang memancarkan petualangan baru. Ia siap, untuk mendaki puncak kehidupan dan menjarah rimba pemimpin para pemimpi. Dan mungkin menggapai mimpi yang belum terselesaikan di bawah horizon aurora borealis. Ia akan pergi lagi meninggalkanku, kekasih sepi di ujung senja.

Dan aku tidak akan bergerak dari kursi malasku yang terbuat dari rotan. Aku tidak akan beranjak dan mengecup pipinya sambil berkata sampai jumpa lagi. Cuma hanya ketika sebelum ia melangkahkan kakinya keluar, ia akan berbalik dan menatapku. Lalu kemudian ia menawarkan permintaan yang akan mengubah hidupku: Ayo melingkari kehidupan bersamaku!

You Might Also Like

0 komentar: