Escape Jakarta (Mini Part)
Salam musim panas yang luar binasa dari sudut barat laut Kota Jakarta. Semenjak memutuskan untuk sementara bertapa di kota ini saya selalu menghabiskan weekends (means Sabtu-Minggu) dengan JJS (Jalan-jalan Sendiri) mengelilingi Kota Jakarta. Nah, ini pengalaman kedua saya escaping naik busway kemana-mana. Kali ini saya ke Kota Tua readers, yuk liat-liat doank. Jangan dibaca ya...
Colorful Bycicle yang mencolok dan mengundang perhatian diantara warna-warna klasik bangunan peninggalan Belanda di Kota Tua |
Museum Bank Indonesia, Kalau teman-teman naik busway tujuan halte kota tua halte tsb tepat berada di seberang dari museum. |
Yang Didepan saya itu namanya Museum Fatahillah, sejarahnya? Cari di Wikipedia yaa...kepanjangan kalo saya jabarkan di postingan ini hehe |
Nah, begitu kira-kira... |
Narsis sedikit, narsis... |
Sebenernya isi didalam museum tsb tidak terlalu eyecatching bagi saya. Sama seperti museum-museum sejarah lainnya.Barang-barang yang berkaitan dengan si bangunan yang dijadikan museum sendirinya. Barang-barang perkantoran peninggalan Belanda dan ornamen furniture khas Eropa di Jaman Pertengahan serta beberapa patung dan lukisan imitasi dari Napoleon Bonaparte dan Aristotles. Tapi ada dua benda yang unik dan sempat saya abadikan. Satu, sebuah kaca besar yang diletakkan di lantai dua museum, kaca tsb digantungkan agak sedikit condong kebawah menghadap pintu secara langsung sehingga siapapun yang masuk langsung dapat melihat keberadaanya. Saya tidak sempat curiga dengan hal-hal berbau mistis lagipula tidak memikirkannya, for what?!
Dan dua, sebuah patung kecil di belakang museum. Patung perunggu berwujud dewa mitologi yunani, Hermes. Hermes sendiri merupakan dewa langit blah blah blah ...
Hermes. |
|
Nah readers, ngomong-ngomong soal jalan-jalan naik busway sendirian
ini. Setiap minggu budget saya itu selalu Rp. 50.000,- ga pernah kebih
karena selain hanya jalan sendirian saya ini tergolong CINA (chi-chi
Naholitan, Batak=Pelit) yang selalu meminimalisir pengeluaran dan
memaksimalkam kesenangan. Jadilah pada wkatu itu saya naik busway dengan
cara yang biasa donk beli karcis di loket salah satu halte busway
Jakarta Barat. Ga pernah kepikiran kalo pulangnya saya bakal kena suatu
masalah. Pffh, sempet kesel, tapi jiwa traveler saya emang selalu minta ditantang.
Meskipun pulangnya saya harus nyasar
sampe ke Tol Karang Tengah dan hampir nyampe ke Tangerang tapi ini
adalah suatu pengalaman luar biasa bagi saya, dan juga sebuah pelajaran.
Pelajarannya adalah, kalau tinggal di kota besar rajin-rajinlah update
informasi. Seharusnya saya sudah tau kalau semenjak 19 Agustus 2014
Pemerintah Jakarta memberlakukan pembayaran via e-Card untuk naik busway
mulai dari stasiun Kota Tua sampai Blok-M, dan saya belum tau itu.
Walhasil pulangnya saya keribetan donk, mana uang di saku tidak cukup
lagi untuk beli e-Card yang harganya Rp. 40.000,- Tadinya pikiran saya
buntu kemudian teringat rute busway yang tadi saya lewati tidak jauh
dari Halte Kota Tua.
Berjalanlah saya
ke Halte Busway Sawah Besar dengan harapan disana masih belum
diberlakukan e-Card untuk pembayaran tiket. Ah, malang tak dapat
ditolak, karena memang saya sangat-sangat lugu dengan sistem kota besar
ini. Kemudian si mas yang jaga haltepun menjelaskan seperti yang diatas.
Lobi punya lobi, Nona Sari yang cantik ini bisa masuk juga ke dalam
busway demi apapun caranya yang tidak akan saya share dengan menjaga
nama baik si abang penjaga halte tsb. (wkk, maap bang!)
Eh,
begonya saya itu ga cuman sampe disitu readers, ibarat kata pepatah.
Malu bertanya sesat naik busway, seharusnya saya juga sudah tau kalau
rute terakhir dari buswaynya adalah Blok-M dan kalau mau ke arah Jakarta
Barat seharusnya saya turun di halte pemberhentian sebelum ke Blok-M
tapi karena tidak mau bertanya pada si Kang Busway maka jadilah saya
menerima malang sendiri. Buat yang bukan orang Jakart, Blok-M itu bukan
hanya terkenal dengan pasar barang-barang murahnya aja. Tapi itu
merupakan kawasan super blok perkotaan yang didalamnya terdapat gedung
perkantoran, mall, plaza, dan stasiun bus.
Nah,
balik ke cerita nyasar tadi. Singkat cerita setelah tersasar dengan
sengaja dan juga mendapati bahwa untuk lanjut di stasiun Blok-M juga
saya harus membeli e-Card maka jnaiklah saya busway ke arah kebun jeruk.
Emang dasar oneng, karena ketiduran didalam bus wkatu si abangnya
bilang udah nyampe daerah kebun jeruk saya ga kedengeran akhirnya sampe
dibawa ke Tol Karang Tengah yang arahnya ke Tangerang, Banten. Saya
panik, gimana caranya bilang sama si mamang bus supaya bisa balik putar
arah ke kebun jeruk lagi. Untungnya ada bapak-bapak yang rumahnya di sekitar pom bensin sebelum Kota Tangerang, nah si Bapak yang baik hati dan murah senyum inilah yang memberitahukan kepada saya rute busway dimana saya harus turun ketika sudah sampai di Kebun Jeruk. Jam 2 siang, saya sampai di kosan dengan hati sedikit melompong dan banyak bersyukur kepada tuhan karena mau berbaik hati mempertemukan saya dengan bapak tsb. Kalau tidak mungkin saya sekarang tidak bisa poting cerita bangor ini hahaha *roftl
Pelajaran yah readers, buat kamu yang ga tau jalan jangan pinter-pinteran kaya aku. Banyak tanya biar ga Malu Bertanya Sesat Di Tangerang :D
Oke, sekian cerita norak dan ngaco saya tentang perjalanan yang luar biasa nyeleneh dan oneng. Terima kasih. Jangan dibaca :)
0 komentar: