Chairil Anwar In Love and Broken: Curating Languages In Poems and Poet
Selamat siang cinta yang malang!
Jangan nangis lagi, ayo kita bahas puisi.
Sudah lama ya ...
Dibawah saya lampirkan beberapa puisi
cinta terbaik yang sudah diracik oleh penyair eksentrik kesukaan saya, Chairil
Anwar.
Pernah baca biografi Chairil Anwar?
Sebenarnya meskipun piawai dalam menulis puisi cinta tapi beliau ini termasuk
kedalam kategori orang dengan kisah percintaan yang mengenaskan. Ya kalo di
jaman sekarang samalah tragisnya dengan kisah percintaan Taylor Swift ataupun
Lana Del Rey atau Sam Smith dan Ed Sheeran yang jadi terkenal karena nulis lagu
berdasarkan pengalaman kisah cinta mereka yang selalu ditolak, diselingkuhin,
dipermainkan bahkan malah bertepuk sebelah tangan.
Oke, jangan salah fokus. Ini cerita
tentang Chairil anwar. Seperti di puisi Derai-Derai Cemara, Chairil menceritakan
bagaimana ia jatuh cinta pada seorang gadis di sekolah rendah. Sekolah rakyat
di jaman penjajahan. Ntah apa yang akhirnya membuat ia menyerah tapi yang jelas si empunya dedemenan masih belum tau kalau ternyata Chairil
Anwar punya perasaan sama dia. Hmmh what a type of life!
Kemudian untuk puisi Derai-derai Cemara
kalau tidak salah saya pernah terjemahkan di postingan yang duluuuu bangeeettt.
Kalau nggak salah sih, mungkin saya lupa. Oke, ceritanya tentang Chairil Anwar
yang LDR dengan pacarnya yang jauh ntah dimana, kemungkinan besar di luar Pulau
Jawa. Karena lokasi Chairil Anwar sendiri masih di sekitaran Jakarta waktu
puisi ini ditulis.
Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Disitu Chairil menjelaskan bahwa adalah
sangat kecil kemungkinannya mereka dapat bertemu kembali. Mungkin kalaupun ia
harus menunggu, ya sampai mati pun mereka tidak akan pernah bertemu. Karena
jawaban dari rindu adalah bertemu. Aduh,
penulisnya baper lagi!
Sudah, saya tidak mau banyak-banyak lagi
membuat tafsirannya. Karena saya tau, setiap saya posting terjemahan puisi.
Pengunjung blog saya tidak lain dan tidak bukan adalah pelajar Sekolah Menengah
yang sedang mencari tugas pelajaran Bahasa Indonesia. Terus, dengan seenak
jidat kalian nge-copy paste tulisan
saya gitu. Ngana pe pikir ngana sapa ki?
Belajar yang rajin sana!
Just Kidding. Enjoy Arts!
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku
jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu
melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin
membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya.
Di
air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal
bertakhta, sambil berkata: "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi!
Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh! Mengapa Ajal
memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku
jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
DERAI DERAI CEMARA
cemara
menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan di tingkap
merapuh dipukul angin yang terpendam
aku
sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu
memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan kini
hidup
hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada
yang tetap tidak terucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
PENERIMAAN
Kalau
kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati
Aku
masih tetap sendiri
Kutahu
kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan
tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau
kau mau kuterima kembali Untukku sendiri tapi
Sedang
dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret
1943
HAMPA
kepada
sri/ (kepada ******)
Sepi
di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke
puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti.
Menanti. Sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencekung punda Sampai
binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada.
Dan menanti.
SENJA DI PELABUHAN KECIL buat: Sri Ajati
Ini
kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari
berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air
tidur hilang ombak.
Tiada
lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali
tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan
bisa terdekap
1946
0 komentar: