Menolak Patah Hati.
Kan, sudah saya bilang!
Ini semua karena kutukan cinta pertama. Saya bakal selalu patah hati deh, bakal selalu bertepuk sebelah tangan setiap suka sama seseorang. Bukan masalah baper-nya! Tapi memang apapun yang saya lakukan pasti selalu salah dan mereka pasti bakal menjauh dari saya. Kalau saya memperlakukan mereka dengan baik, mereka bilang saya tidak cocok dengan mereka karena terlalu baik. Kalau saya cuek, mereka bilang saya tidak benar-benar suka dan hanya mempermainkan perasaan.
Nah, ngomong-ngomong soal istilah baper yang belakangan ini lagi kekinian banget itu. Saya juga mau ngedumel tentang itu. Tau nggak sih, semenjak ada istilah baper orang-orang jadi pada nggak ngehargain perasaan orang lain lagi. Apa buktinya?
Contohnya, ketika ada orang yang lagi deket ama kita trus tiba-tiba mereka cuek dan menjauh. Tentunya itu jadi pertanyaan dong, ada apa dengan mereka? Apa kita sudah berbuat sesuatu yang alah atau pernah menyakiti perasaan mereka tanpa sadar? Tapi anehnya orang-orang disekitar, temen-temen pasti pada mencibir. "Kamu gitu aja baper-an!". Atau, ketika temenmu ngomong tentang suatu hal yang sensitif, mengomentari fisik atau penampilan kamu yang meskipun menurut mereka aneh tapi itu membuat diri kita sendiri nyaman, mereka pasti langsung mengucapkan sesuatu yang dimaksudkan agar jangan terlalu terbawa perasaan hanya karena di komentari seperti itu. Apa mereka pikir kita tidak boleh tersinggung? Bagaimana jika kata-kata yang mereka gunakan sebenarnya memang tidak pamtas? Nah, contoh kasus yang lebih parah lagi. Katakanlah misalnya kamu adalah seorang single, terus tiba-tiba teman-temanmu mempertunjukkan kemesraan mereka pada pasangannya dengan cara yang menurutmu terlalu berlebihan dan tidak normal. Tebak apa yang akan mereka katakan? "Susah punya temen jomblo, baper-an!" Kalau itu memang benar-benar terjadi sama kamu, sama saya juga. Biasanya saya akan mengernyitkan dahi. Ape jadah?
Oke, back to topic: Menolak Patah Hati. Yang sebenarnya ada hubungannya juga dengan pembahasan baper diatas. Jadi begini lho ceritanya readers. Sedikit curhat, beberapa waktu yang lalu saya pikir saya sedang jatuh cinta. Tapi saya tahu saya orang yang rumit, dan sekarang saya baru menyuadari itu. Tapi semuanya udah terlambat dan waktu nggak bisa berjalan mundur. Si "empunya dedemenan" kayaknya udah illfeel deh ama perilaku menyimpang saya hehehe ...
Tapi saya legowo, meskipun sedikit galau. Tapi saya mencoba mengerti dari sudut pandang beliau. Mungkin saya bukan prioritasnya, jadi beliau tidak terlalu berusaha untuk menunjukkan ataupun memberi sinyal bahwa beliau juga memiliki perasaan yang sama dengan saya. Karena jika benar-benar suka, menurut sahabat saya. Dia akan datang pada saya, mempertahankan dan memperjuangkan untuk mendapatkan cinta saya. Apa saya juga tidak berusaha? Saya sudah berusaha, dengan cara saya sendiri. Tidak dengan menjadi agresif dan bertindak grusa-grusu untuk menarik perhatiannya. Saya sudah 24 tahun, bukan anak kelas VII SLTA yang menulis surat cinta dan menjadi penelepon gelap setiap malam demi laki-laki/ cowok yang ditaksir (pengalaman pribadi). Saya ini jika dikategorikan, adalah tipe pemalu yang tidak terlalu suka mengumbar kepada orang lain dengan siapa saya memiliki perasaan saat ini. Bahkan sampai si "empunya dedemenan" pun akan susah membaca sinyal yang saya berikan. Tapi intinya, saya berusaha menunjukkan perasaan afektif saya dengan menjadi tempat berbagi untuk beliau. Menjadi pendengar yang baik dan men-support beliau dalam keadaan terburuknya sekalipun. Beliau senang, ntah senang karena saya benar-benar membantu beliau ataupun beliau memiliki tempat pelampiasan kesedihan. Saya pun senang, dan menjadi sedikit baper.
Saya tidak marah dan kecewa. Jika ia tidak bisa mencintai saya seperti apa yang saya ekspektasikan, itu adalah pilihannya. Beliau memiliki hak untuk tidak menerima perasaan cinta yang saya berikan, begitu juga saya. Saya berhak memiliki perasaan cinta ke beliau, meskipun hanya bertepuk sebelah tangan. Saya tidak akan pernah menyesal untuk pernah memiliki perasaan terhadap seseorang, saya akan tetap jatuh cinta lagi. Jika memang harus patah hati lagi. Dan kebetulan tadi menemukan suatu postingan di Instagram, captionnya bagus banget. Nih:
Saya rasa, ini saatnya menjadi dewasa. Memang benar cinta harus memiliki. Karena memiliki adalah wujud cara untuk mengekspresikan rasa cinta. Tapi bukan hanya memiliki yang paling penting dalam mempunyai perasaan cinta terhadap seseorang. Tetapi melihat orang yang kita cintai dapat tersenyum bahagia dari kejauhan akan lebih baik daripada harus menjadi orang yang beliau cintai tapi hanya membuatnya bersedih. Bukankah cinta harus bahagia?
Terima kasih sudah membaca tulisan saya yang tidak seberapa menginspirasi ini. Semoga kehidupan percintaan kalian tidak se-mengenaskan seperti kehidupan saya. Ayo Bahagia!
0 komentar: