Dewa 19 and Kahlil Gibran: Curating Language In Song Instead A Prose
Awww~
Holla 90's generation! Kangen banget sama Dewa 19 (yang dulu). Dan, ini lagu yang paling favorit, buat saya. Bukan karena liriknya penuh kenangan tapi karena judul lagunya sama dengan judul prosa salah satu penyair yang juga favorit nya saya, Kahlil Gibran.
Dulu waktu kelas VIII SLTA saya pernah baca buku Sayap-Sayap Patah ini hasil minjem dari temen yang dibeliin hadiah buku sama gebetannya. Karena si empunya buku nggak doyan baca dan saya yang Monster Buku ini langsung merampas kepemilikan buku itu untuk dibawa pulang. Secara eksplisit saya mengerti maksud dari prosa nya tapi saya yang masih polos waktu itu sudah langsung jatuh cinta dengan Kahlil Gibran. Ah, jenis orang yang mudah jatuh cinta!
Jadi, singkat cerita. Buku Sayap-Sayap Patah yang asli ini masih menjadi perdebatan bagi ingatan saya. Apakah kumpulan prosa atau sebuah novel? Karena sepengetahuan saya waktu itu yang saya baca adalah kumpulan prosa, nah ketika hari ini sebelum nulis artikel ini saya browsing di Mbah Google malah mendapati kenyataan kalo ternyata Sayap-Sayap Patah adalah judul sebuah novel. Apa iya penyakit Afasia saya juga menyerang memori jangka panjang? Paraahhhh. Ntahlah saya ragu, tapi saya juga yakin itu adalah kumpulan prosa.
Lalu apa saya akan menterjemahkan puisi dibawah? Nope, maaf saya sedang kekurangan inspirasi karena belakangan sedang mencoba move on dari gebetan yang .... #^^*&^(&$$#@^((*_)(**&^##!$#&^ SYNTAX ERROR!!
Artikel saya kali ini membahas mengenai apa hubungan lagu Dewa 19 dengan prosa Kahlil Gibran tsb. Ahmad Dhani, seniman eksentrik yang sejak jaman masih pake seragam merah-putih saya suka lagunya ini emang tertarik dengan sastera-sastera timur dan banyak mensadur karya-karya penyair Timur Tengah untuk dijadikan inspirasi lagunya. Seperti contohnya lagu ini. Yang jika diterjemahkan mengandung arti keengganan seorang laki-laki yang akan ditinggal oleh kekasihnya yang ntah karena pergi jauh atau berpisah hubungan percintaan.
Nah, sama seperti prosa Kahlil Gibran. Pada lirik : "Rohku melayang tak kembali bila kaupun pergi meninggalkan yang terbaik bagi kita smua" dan "Sayangku kumohon tetap disini temani jasadku yang belum mati" yang memiliki makna sama dengan bait "Sebelum hilang di terpa angin kambil terduduk lemah ku coba kembali mengais sisa hati" dan "Ia telah patah tertusuk duri-duri yang tajam hanya bisa meratap meringis... mencoba menggapai sebuah pegangan". Begitu juga dengan bagian refference nya "Kucoba kepakkan sayap patahku tuk terbang tinggi lagi di angkasa melayang melukis langit merangkai awan-awan mendung"Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini ia telah patah" yang semakin memperkuat makna syair keduanya tentang bagaimana tersiksanya si laki-laki tsb (Kahlil Gibran ataupun Ahmad Dhani?) ketika orang yang mereka sayangi pergi. I know how you feel Bruh!
Sayap-Sayap Patah – Kahlil Gibran
Wahai Langit
Tanyakan pada-Nya
Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..
Begitu rapuh dan mudah terluka..
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh
Saat berselimut cinta dan asa..
Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu
Didalam hati ini..
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat..
juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira
Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan
Menyesakkan dada..
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa…
Wahai ilalang…
Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam
Katakan padaku
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini..
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini..
Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali
Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku
Aku tak tahu apa maksudmu
Hanya menduga..
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana
Menunggumu dengan setia..
Menghargai apa arti cinta…
Hati yang terjatuh dan terluka
Merobek malam menoreh seribu duka
Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin yang berlalu
Menancapkan rindu….
Disudut hati yang beku…
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin
Berserakan ….
Sebelum hilang di terpa angin…
Sambil terduduk lemah….
Ku coba kembali mengais sisa hati
Bercampur baur dengan debu
Ingin ku rengkuh…
Ku gapai kepingan di sudut hati…
Hanya bayangan yang ku dapat….
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya
Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini
Ia telah patah..
Tertusuk duri-duri yang tajam….
Hanya bisa meratap….
Meringis..
Mencoba menggapai sebuah pegangan..
Baik Khalil Gibran maupun Ahmad Dhani, yang dua-duanya favorit saya. Sama-sama hebatnya. Kenapa? karena dari pengalaman hidup yang menyakitkan menurut sebagian besar orang, Kahlil Gibran bangkit dalam hidupnya dan membuat karya sastera yang apik dari kisah tersebut. Sementara Ahmad Dhani, sang Master Rock. Menciptakan sebuah lagu, means syair dan nada dengan mengambil inspirasi dari sebuah prosa lama yang nggak semua orang bisa paham dan mendalami pesan yang disampaikan si penyair.
Saya juga ingin jadi seperti mereka nanti, mungkin menjilid sebuah buku kumpulan puisi-puisi yang terselip didalam cerpen fiktif yang pernah saya karang untuk saya berikan kepada calon cuami saya .... sayangnya saya belum punya calon! (*terpuruk disudut ruangan*)
Baiklah~
Sudah jam 8.15 dan ini weekend, artinya waktunya kembali ke dunia nyata. Schedule hari ini sangat padat, bersihin kandangnya Albie, mandiin Albie lalu nyuci baju then masak. Lalu rencananya mau nganter temen ke Jakarta sama mau beli bungkusan kado buat #^^*&^(&$$#@^((*_)(**&^##!$#&^ SYNTAX ERROR!! dan balik lagi ke Rumah Numpang Tinggal, gonna get a long drive tonight!
Jangan lupa subscribe dan comment. Selalu tinggalkan jejak, HEY, You my sweet stalker!
See you when I see you <3
0 komentar: