Rumah 2: Anjing Hutan

11:17 AM LovelyBunny001 0 Comments

Kita tidak sedang membicarakan para anjing-anjing hutan beton yang naik turun bukit dengan segunung sampah di punggung mereka dan pongah. Tapi tentang seekor Antelope yang bersembunyi ke hutan gunung untuk mencari perlindungan dari para singa kota. Anjing-anjing hutan sudah mulai menginvansi puncak gunung. Mereka mendirikan peradaban temporer diatasnya dan berpesta riuh. Pongah karena dapat mendaki puncak tertinggi dari peradaban manusia. Anjing-anjing hutan inilah yang melolong kepada teman-temannya anjing chihua-hua dan pomeranian di kota. Bahkan sampai ke German Sheperd dan Golden Retrieverd. Menyebarkan berita gembira bahwa sekarang semua anjing berhak untuk naik gunung.

Antelope marah karena mereka menebas hutan untuk membuat jalan naik, memapah ranting-ranting kayu hutan sebagai tongkat penompang dan meninggalkan bau amis. Mengundang datang para ular pemangsa dan elang pemakan bangkai.

Di puncak gunung ada banyak kerumunan bedebah yang mencari pencitraan. Tapi semua punya hak asasi manusia. Bahkan sekalipun bukan manusia. Mereka berhak lari dari kenyataan hidup yang sulit sambil berfilosofi bahwa mencintai alam adalah salah satu cara untuk membuat mereka tetap punya nilai kemanusiaan. Mereka mendemonstrasikan cara mencintai alam yang benar adalah dengan mendeklarasikan lewat secarik kertas yang kemudian lupa dibawa turun kembali. Bersamaan dengan banyak barang-barang lainnya yang ikut tertinggal pula.

Karena kali ini gunung dibuka lagi, meskipun Antelope tak pernah berhasil naik ke puncak ia sudah risih sendiri. Padang rumput tempatnya bermain itu sekarang banyak didirikan perkumuhan warna-warni dan anjing-anjing membakar api unggun untuk tetap hangat. Semakin lama mereka semakin memuakkan dengan gonggongan tidak masuk akal itu. Lalu antelope berpikir, jika ia kesana lagi dan mengatakan kepada mereka untuk berhenti naik ke puncak gunung. Mungkin para anjing itu akan menyalak.

Antelope bertapa di tepian sungai hutan, yang airnya lebih jernih daripada isi kepala manusia paling suci di negeri ini. Mencari pencerahan atas kekacauan yang sedang terjadi di gunung. Menunggu Anjing Hutan di prosa-prosa berikutnya untuk tidak menjadi pemeran utama lagi.

You Might Also Like

0 komentar: