Escape Kepulauan Seribu ( #KembaliKeLaut, 2-2 )

1:38 PM LovelyBunny001 0 Comments



Mbak Tanti yang berprofesi sebagai guru akuntansi ini adalah orang yang ramah dan positif, setidaknya itulah gambaran ketika pertama kali bertemu dengannya. Beliau juga yang memotivasi saya dan Ratih untuk terjun dari Jembatan Cinta dan mengatakan bahwa kami perempuan juga berani melakukan hal-hal gila. Tapi beliaulah orang yang paling terakhir diantara kami yang melompat dan membuktikkan kata-katanya. Mbak Tanti jugalah yang paling eyecatching  pada saat itu, menarik minat para wisatawan untuk naik ke jembatan dan melihat keramaian apa yang sedang terjadi. Karena kelompok Laskar Pelangi yang terdiri dari anak-anak diatas normal ini cheering mbak Tanti selama kurang kebih 3 jam agar beliau benar-benar mau untuk ikut terjun dari Jembatan Cinta.

Selama hampir 3 jam itu pulalah segala motivator didatangkan untuk meyakinkan diri mbak Tanti agar berani melawan rasa takutnya, mulai dari Paul McCartney sampai Mario Teguh ( Hahaha..pasti readers nganggap ini bercanda kan, padahal beneran, ini bercanda! :D ) Dari yang saya dengarkan oleh setiap motivator-motivator yang menyemangati mbak Tanti antara lain adalah kata-kata:
1.       “Bayangkan jika orang tua anda ada dibawah sana dan membutuhkan pertolongan anda!”
2.       “Jangan lihat ke bawah, lihat saja kedepan. Apapun yang menjadi penghambat anda di masa lalu lupakanlah. Melangkah saja kedepan dengan berani!”
3.       “Langkah kecil itu merubah segalanya!”
4.       “Bagaimana anda melawan rasa takut anda adalah gambaran bagaimana anda akan sukses di kemudian hari.”
5.       “Didalam diri kita itu ada keinginan yang kuat. Keinginan saya adalah melawan rasa takut dengan menghadapinya!”
Guess this girl?
Kata motivasi yang terakhir itu dari saya readers karena terus terang mendengar berbagai kata-kata pembakar semangat yang diucapkan oleh setiap penonton dan penggemar mbak Tanti saya jadi ikut-ikutan greget. Bahkan ada seorang bapak-bapak yang sepertinya juga penjaga antai tsb rela mendampingi mbak Tanti hingga beliau mau terjun. Meskipun pada akhirnya kami berdua ( saya dan si Bapak yang mendampingi mbak Tanti selama berjam-jam ) melakukan sedikit kebohongan, karena di detik terakhir kita mbak Tanti akan melompat kami sedikit …sedikit aja lho readers, mendorong mbak Tanti sampai akhirnya beliau terjun bebas dari Jembatan Cinta setelah penantian kami ( Laskar Pelangi dan seluruh hadirin di Pantai Tanjung Timur ) selama berjam-jam. Tapi saya merasa sedikit terbebani ketika pulang kembali ke homestay beliau terus-menerus menanyakan ke saya apakah ada yang mendorongnya atau tidak. Maaf mbak Tanti, terkadang keberanian itu juga perlu dorongan dari orang lain :D
Oke, itulah tadi sedikit cuplikan cerita inspiratif dari salah satu anggota Laskar Pencari yang berusaha menemukan keberaniannya. Oh iya, sebelumnya kita juga sempet main salah satu watersport yang bener-bener menguji adrenalin, lebih gila dari kora-kora di Taman Permainan Ancol. Namanya donat air, cara permainannya bekerja adalah beberapa orang ( tidak lebih dari empat ) akan berpegangan pada pelampung kemudian pelampung tersebut ditarik dengan sebuah jetboat sambil diputar, dihempaskan dan dilempar-lempar sampai kami terpental jatuh ke laut lalu kemudian tertawa menikmati keseruannya seperti orang gila.
"Baby fish, come to feeding!"

Terumbu karang yang cantik <3
ヽ(*´∀`)ノヾ(´^ω^)ノ♪
ヽ(*´∀`)ノヾ(´^ω^)ノ♪
Besoknya kegiatan aksi cinta bahari ini dilanjutkan dengan snorkeling, yang spotnya juga tidak jauh dari lokasi pantai tempat sebelumnya kami melakukan kegiatan main ke air. Ke spot snorkeling tidak naik speedboat tapi lima belas anggota Laskar Pelangi menaiki dua buah banana boat yang ditarik sampai ke spot snorkeling lalu kemudian kami ditinggal begitu saja oleh si mamang speedboat. Yeay! Banyak…itu kata pertama saya, kemudian besar…itu kata kedua saya. Apanya?! Terumbu Karangnya…
Yah, meskipun Laut Kepulauan Riau jauh lebih cantik dan terumbu karang dan ikannya. Tapi, karena ( sekali lagi ) saya sudah lama tidak melihat pemandangan bawah laut  ( padahal baru hampir 4 bulan :D ) tapi laut di Pulau Tidung benar-benar mengobati homesick  saya terhadap lautan. Mengagumkan karena memperhatikan sepanjang area spot snorkeling tersebut saya memperhatikan semua terumbu karang hidup dengan subur dan ikan-ikannya juga beragam. Ini menandakan bahwa ekosistem laut di Pulau Tidung sangat terjaga, sama seperti di Pantai Beralas Pasir di Pulau Bintan, rumah saya.

Sunset di backyard homestay kita.

Sunrise di backyard homestay kita.


Tidak lengkap rasanya kalau ke Pulau Tidung tidak melihat matahari terbit dan terbenam. Meskipun berhasil menangkap momen tersebut tetapi saya tidak sempat mengabadikannya lewat lensa kamera, maklum hp saya stupidphone bukan smartphone jadi suka ngajakin berantem pada momen yang seharusnya penting malah ngadat. Tapi malah pas waktu pulang kerumah hp nya bisa nyala lagi ( tuh kan stupidphone ) jadinya kedua momen tsb diabadikan oleh hp temen saya tapi ga di spot melihat sunrise dan sunset yang kami datangi melainkan di backyard rumah homestay yang kami tinggali. Toh juga tidak kalah indah momennya. Itu baru Smartphone!


Nah, Lalu dimana letak kegiatan aksi kampanye kami untuk menyelamatkan lingkungan bahari? Disinilah teman-teman. Meskipun di Pulau Tidung banyak petugas kebersihan yang senantiasa membersihkan pantai tapi masih ada juga sampah yang dibuang sembarangan. Selama liburan kesana kami juga mengamati setiap orang yang membawa barang-barang kemasan ( khususnya produk makanan dan minuman ) kemudian membuang di sembarangan tempat setelah habis dikonsumsi. Kami, dengan maksud tidak menyombongkan diri melakukan aksi penyadaran langsung tanpa banyak basa-basi memungut sampah yang mereka tinggalkan untuk dibuang ke tempat yang seharusnya, tempat sampah.


Memang, tidak mudah untuk menyadarkan orang-orang bahwa membuang sampah ditempatnya sangat mudah untuk dilakukan. Toh, di Pulau Tidung sudah banyak disediakan tempat sampah, orang-orang tidak perlu mencari tempat sampah yang jauh karena hampir disetiap spot tersedia tempat sampah. Seperti contohnya, ketika kami sedang melakukan kegiatan terjun dari Jembatan Cinta ada beberapa pengunjung yang membuang botol plastic dan bungkus snack dari atas jembatan. Padahal dibawah, didekat tangga jembatan ada dua tempat sampah yang telah disediakan. Kami tidak menegur orang tsb dengan kata-kata, karena menyadari hal itu mungkin tidak berguna pada saat itu. Saya, Ratih dan Elmo memungut sampah botol air mineral dan bungkus snack yang dibuang di bawah jembatan sambil berenang. Beberapa orang melihat aksi kami adapula yang nyeletus, “Ngapain diambil mbak ntar juga hanyut ke tempat lain.” Kami hanya tersenyum, biarkan saja setiap orang menafsirkan arti perbuatan kami dengan cara mereka masing-masing.
Kemudian juga ketika snorkeling sambil berenang menuju tepian kami memunguti sampah yang terapung yang kami temui. Yah, jadinya ketika pulang melaut kami mendapat banyak tangkapan, tangkapan sampah hahaha :D
Sebelum pulang, semua anggota Laskar Pelangi melakukan aksi volunteer memungut smpah yang masih dibuang sembarangan oleh pengunjung. Bahkan tidak sedikit pengunjung yang masih ada disekitar pantai meninggalkan sampah di tempat yang seharusnya dijaga keindahannya. Lagi-lagi, aksi ini mungkin memang tidak mudah. Orang-orang akan menganggap kami nyeleneh, banyak tingkah maupun mencari perhatian. Tapi kami tidak peduli, toh keindahan dari kebersihan tsb mereka juga yang menikmatinya nanti. Ketika sedang memunguti sampah di sekeliling pantai, mbak yang nyewain kita alat snorkeling menyapa begini, “Ngapain dipungut mas, ntar aja!” sapanya pada elmo yang sedang menggendong trashbag ( gayanya emang mirip pemulung waktu itu readers :D ) Kemudian Elmo menjawab sambil tersenyum, “Iya mbak gak papa, kita cuman sedikit iseng” katanya enteng.
Saya salut, selalu berada diantara orang-orang yang positif. Mereka membagikan energy yang luar biasa, anak-anak Laskar Pencari adalah kesekian kalinya paradox pemuda yang masih peduli dengan sekitarnya. Bukan pemuda apatis yang hanya memiliki lingkup kecil sebatas dirinya dan kesenangannya saja. Tapi Pemuda-Pemuda Indonesia yang luar biasa dengan pemikiran out of the box dan rasa cinta terhadap Tanah Air Indonesia yang sangat dalam. Saya akan selalu mencari, menemukan dan menciptakan energy positif dimanapun saya berada. Begitulah janji saya sejak dulu, dan saya selalu berusaha melakukan itu!
Sejarah Beberapa Pulau Sebelum Pulau Tidung
FYI, jika kamu naik kapal motor ukuran sedang ke Pulau Tidung akan memakan waktu perjalanan sekitar 2,5 jam untuk sampai kesana. Nah selama perjalanan akan terlihat pulau-pulau lainnya juga termasuk kedalam Kabupaten Kepulauan Seribu. Berikut akan sedikit saya ceritakan mengenai beberapa pulau yang akan ditemui sebelum sampai ke pulau tidung.
Yang pertama kamu akan temui adalah deretan tiga pulau yang terdiri dari Pulau Bidadari, Pulau Onrust dan Pulau Cipir. Pulau Bidadari ini terdiri dari beberapa resort mewah, dibelakangnya ada sebuah pulau pasir dengan sebuah puing bangunan jaman Belanda yang masih tersisa. Pulau Kelor namanya, Pulau ini sangat terkenal karena pernah digunakan sebagai tempat pernikahan artis dan juga sering digunakan untuk syuting. Nah disebelahnya kirinya ada Pulau Onrust, dipulau ini terdapat lebih banyak sisa-sisa bangunan peninggalan Belanda yang sudah tidak terpakai. Konon menurut sejarah dahulunya Pulau Onrust dan Pulau Cipir memiliki jembatan yang saling menghubungkan, tapi jembatan tersebut sudah lama runtuh karena rapuh dan tua. Nah, pada masa penjajahan Belanda para Jemaah haji yang akan diberangkatkan ke Mekkah, sebelum diberangkatkan mereka dipaksa untuk bekerja dahulu oleh Belanda baru kemudian dikirimkan ke Mekkah dengan kapal. Namun karena banyak calon Jemaah yang jatuh sakit akhirnya dibangun sebuah pusat kesehatan di seberang pulau, yaitu pulau cipir. Meskipun sudah dibangun pusat kesehatan tapi tetap saja banyak calon jamaah yang meninggal sebelum mereka berhasil berangkat ke tanah suci karena sudah kehabisan tenaga dan jatuh sakit karena sering dipaksa bekerja keras. Nah kemudian para calon Jemaah haji yang meninggal tsb dikuburkan di pulau cipir.
Kemudian ada Pulau Untung Jawa, pulau ini lumayan besar habitat ( hewan kali habitat, ekosistem ! :D ) didalam pulau juga banyak terdapat resort mewah dan juga rumah-rumah penduduk. Kemudian ada Pulau Monyet, yang merupakan termpat penangkaran dan habitat alami monyet bakau. Sebenernya nama pulau ini Pulau Edam, Cuma orang-orang sering nyebut Pulau Monyet karena emang ciri khasnya ya…monyet!! ( biasa aja woiy nyebut monyetnya… :D ) Disekitar perairan tsb hingga ke Pulau Rambut perairannya masih kurang terlalu bagus, karena polusi air akibat libah industry dan sampah yang dibuang sembarangan dan berpengaruh hingga ke perairan sekitar pulau tsb menyebabkan airnya terkontaminasi kotoran-kotoran yang menyebabkan air laut tsb menjadi keruh. Langit disekitarnya juga jika diperhatikan tidak berwarna biru cerah seperti jika berwisata ke pulau-pulau di daerah lain yang merupakan ciri khas pulau tropis di Indonesia. Warna abu-abu menyelubungi pinggiran horizon langit di sekitar pulau-pulau tsb bahkan juga sampai ke Pulau Tidung.
Kegiatan industry dan aktifitas kendaraan bermotor di Pulau Jawa yang berdekatan dengan Kepulauan Seribu secara langsung mempengaruhi lingkungan air dan udara disana. Meskipun kita tidak bisa secara langsung merasakannya tetepi keta dapat memperhatikan dari keindahan alam yang berkurang kualitas karena efek dari polusi yang dihasilkan dari daerah Jakarta dan sekitarnya.
Manusia sangat mencintai keindahan. Mereka mencari dan memburu keindahan alam tetapi lupa bahwa untuk mendapatkan semua itu kita harus sadar bahwa kitalah sendiri yang dapat menciptakan keindahan alam dengan menjaga dan melestarikan keberadaan ekosistemnya.
Tendangan Solar Energy!! Buahahaha ( tertawa ala Malefecient )


 
Escape Kepulauan Seribu ( #KembaliKeLaut, 1-2 )

You Might Also Like

0 komentar: